
Untuk kesekian kali, entah yang keberapa kali lah...aku dan dia berdebat sengit. Hubungan jarak jauh ternyata tak lantas membuat aku dan dia meningkatkan tenggang rasa, yang ada justru rasa berbeda itu makin tebal. Tidak ada kangen terucap, tidak ada kata-kata penghiburan dan tidak ada kejutan.
Kembali permasalahan utama adalah teman.
Aku dan dia terpisah jarak sejak 02 September 2007. Aku bekerja di jakarta dan dia sedang melaksanakan pendidikan latihan di Makassar.
Pada weekday, dari jam 07.00 - 16.00 WIB dia kuliah dan aku dari 07.30 - 18.00 WIB bekerja. Jarang sekali terjadi komunikasi antara kami pada jam-jam ini, kami mencoba menghormati tanggungjawab pasangan terhadap pekerjaan. Pada 16.00-secapenya WIB dia istirahat, olahraga dan makan malam, pada 18.00-21.00 aku pulang, makan malam dan istirahat.
Pada weekend, sabtu dia masih dengan pola yang sama dengan weekday sementara minggu dia off dan biasanya digunakan untuk jalan-jalan di Makassar. Sementara di weekend aku lebih banyak di rumah, istirahat dan menghabiskan waktu dengan membaca.
Permasalahan ada di jam 18.00-21.00, pada jam ini aku ingin aku dan dia saling bertukar kabar, sementara dia ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Dia merasa aku makin ngelunjak dengan meminta dalam sehari dia menyediakan waktu satu jam karena dia merasa itu buang waktu. Dia bilang karena aku terlalu lama telpon ada temannya marah karena tidak bisa curhat atau pun ngobrol. Padahal seringkali waktu aku telp dia juga menanggapi pertanyaan teman-temannya bahkan terkadang aku diam cukup lama karena pertanyaan teman-temannya tidak sekali tapi pada akhirnya chit-chat terus. Pada saat dia minta ijin pergi main aku pun sering mengijinkan dan vakum komunikasi.
Dan itu semua tak cukup buatnya...